Kamis, 24 Mei 2012

Essay Lingkungan


TEMA                  : Teknologi  Hijau

JUDUL                 : Pemanfaatan Limbah Sebagai Upaya 
Mengurangi Pencemaran
           
Indonesia merupakan negara berpenduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, India dan Amerika. Data dari pemerintah menyebutkan bahwa dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan. BKKBN memperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011 mencapai 241 juta jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 3,5% per tahun. Dengan wilayah Indonesia yang begitu luas, kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak, tidak mengherankan jika negara ini begitu banyak memproduksi limbah terutama di kota-kota besar. Mulai dari limbah rumah tangga sampai limbah yang dihasilkan oleh perusahaan atau industri. Di ibukota saja, setiap harinya menghasilkan limbah lebih kurang 6000 ton dengan 65% berupa limbah organik sedangkan sisanya berupa limbah anorganik. Jika di ibukota yang luasnya relatif kecil dibandingkan kota-kota besar lainnya mampu menghasilkan limbah sebanyak itu, dapat dibayangkan berapa banyak produksi limbah di Indonesia setiap harinya.

Menurut Ecolink 1996, limbah atau sampah adalah barang yang terbuang atau sengaja dibuang dari aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomi. Ada dua jenis limbah yaitu limbah organik dan limbah anorganik. Limbah organik adalah jenis limbah yang bisa diuraikan oleh dekomposer, detritivor dan mikroba lain berupa limbah dari makhluk hidup. Sedangkan limbah anorganik merupakan jenis limbah yang sulit terurai, kalaupun bisa akan membutuhkan waktu yang lama sampai beratus-ratus tahun seperti sejenis plastik, botol, kaleng dan pecahan kaca.

Indonesia memang kaya sumber daya alam dan manusia. Namun persentase sumber daya manusia yang berkualitas, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak berkualitas. Ironis memang, tapi itulah faktanya. Kebiasaan masyarakat membuang sampah di sungai merupakan akibat ketidaktahuan dan dangkalnya pengetahuan masyarakat akan dampak perbuatan tersebut. Padahal, dampak dari perbuatan tersebut sangat besar bagi lingkungan, diantaranya dapat merusak ekosistem air, membuat bau tak sedap, berkembangnya sarang penyakit  dan menimbulkan banjir. Sungai yang tercemar limbah, dapat membunuh makhluk hidup yang menempati ekosistem air sungai. Kenyataanya sekarang, sulit menemukan ikan di sungai. Lebih jauh lagi, limbah yang dibuang di sungai dapat menyumbat aliran air. Akibatnya terjadi genangan air di sekitarnya yang bisa memicu timbulnya penyakit karena banyak nyamuk dan mikroba yang bersarang. Apalagi, jika musim penghujan tiba, daerah sekitarnya tentu terancam bahaya banjir. Masyarakat perlu diberikan pemahaman mengenai bahaya pembuangan sampah di sungai dan upaya-upaya untuk mengelola limbah. Pemerintah tentu mempunyai peranan penting dalam terwujudnya program ini. Langkah awal untuk meminimalisir  pencemaran terhadap limbah, masyarakat dapat memilah-milah kategori jenis limbah. Kemudian setelah terkumpul, bisa diolah kembali, dibakar atau  dibuang pada tempat yang sesuai.
Untuk pemanfaatan limbah organik diantaranya bisa digunakan sebagai makanan ternak, pengomposan dan pembuatan biogas. Limbah organik seperti sayur mayur dan nasi basi bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak. Sedangkan pengomposan dilakukan dengan mengumpulkan bahan organik terlebih dahulu pada tempat tertutup seperti dalam tanah atau drum. Jika menggunakan drum, pada bagian bawah drum diberi lubang kecil-kecil agar air limbah dapat merembes keluar. Setelah tiga bulan, kompos siap digunakan tetapi harus diangin-anginkan terlebih dahulu selama beberapa hari. Berbeda dengan pengomposan, teknik pembuatan biogas merupakan cara pemanfaatan limbah organik (terutama kotoran sapi, kerbau, kuda dan babi) secara anaerobik/tanpa udara untuk menghasilkan gas metana dan karbondioksida. Untuk dapat menghasilkan kedua gas tersebut, proses dekomposisi dibantu oleh sejumlah mikroorganisme. Suhu yang baik untuk membuat biogas antara 300C-550C dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan-bahan organik secara optimal. Pada dasarnya, kedua teknik tersebut hampir sama, perbedaannya hanya terletak pada apa yang dimanfaatkan.  Dengan berbagai cara tersebut, dapat mengurangi  pencemaran limbah apalagi limbah tersebut diolah menjadi bahan yang berdaya guna. Namun, tidak masalah jika limbah organik tersebut dibakar, dengan syarat dikeringkan terlebih dahulu sehingga akan lebih mudah terurai. Atau  yang lebih ramah lingkungan caranya dengan menimbun selapis demi selapis di dalam tanah. Tentu timbul pertanyaan bagaimana memanfaatkan limbah anorganik. Paling mudah adalah dengan menjualnya ke pasar loak agar didaur ulang menjadi barang-barang yang lebih berguna.  

Di tengah minimnya sumber daya manusia di Indonesia yang berkualitas, ternyata masih ada anak bangsa yang peduli terhadap dampak limbah. Ialah Lukman Hakim, salah seorang mahasiswa UGM fakultas Biologi yang berhasil membuat kerajinan dari kulit ikan. Keprihatinannya mengenai bahaya limbah mengantarkannya pada sebuah kekreativitasan. Kulit ikan fillet memang sudah diolah menjadi kerupuk dan tepung ikan. Namun sisa lapisan sisiknya belum dimanfaatkan. Apabila lapisan sisik ikan tersebut dibuang tanpa diolah dapat mengakibatkan pembusukan yang menyebabkan bau tak sedap. Hal itu, tentu dapat mencemari lingkungan sekitarnya. Ia bersama ketiga kawannya berinovasi memanfaatkan limbah kulit ikan fillet yang berupa sisik. Kulit ikan fillet sengaja dipilihnya karena memiliki tekstur yang unik dan indah. Setelah berulang kali diproses, hasil akhir dari produknya berupa lembaran-lembaran kulit samak  yang diberi nama “skinny fish”. Kulit samak ini siap diproses dalam pembuatan kerajinan lain seperti dompet, tas, jam dan aksesoris lainnya. Lain dengan Lukman, kelompok ibu-ibu PKK di Jakarta menciptakan barang-barang yang unik. Tentu sudah biasa jika barang-barang seperti tas dan dompet terbuat dari kain ataupun kulit. Tapi bagaimana jika terbuat dari plastik? Tentu itu tidak biasa. Inilah inovasi dari ibu-ibu PKK yang memanfaatkan limbah anorganik berupa plastik-plastik rumah tangga. Plastik-plastik tersebut berupa bungkus makanan, minuman, detergen dan lain-lain. Barang-barang tersebut dikumpulkan, kemudian dilakukan tahap pembersihan dan pengeringan. Setelah kering, barulah dijahit untuk dibuat barang-barang yang mempunyai nilai jual.

Itulah beberapa karya anak bangsa yang mempunyai kesadaran terhadap bahaya yang timbul akibat dari pencemaran limbah. Limbah yang awalnya tidak berdaya guna, bahkan hanya bisa dibuang ternyata dengan tangan-tangan kreatif, bisa mengubah nilainya dari yang sama sekali tidak berguna, menjadi barang yang berguna, bahkan mempunyai nilai jual yang cukup tinggi. Jadi apa salahnya memanfaatkan limbah? Menjaga lingkungan dengan memanfaatkan limbah dan meminimalisir pengunaan barang-barang yang tidak berguna. Kesadaran terhadap bahaya pembuangan limbah di sungai dan pencemaran yang ditimbulkannya, harus dimulai dari diri sendiri. Meskipun upaya-upaya lain perlu dilakukan untuk menyadarkan masyarakat tentang dampak dari pembuangan limbah di sungai. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa diharapkan mampu menciptakan inovasi-inovasi dalam pelestarian lingkungan di tengah meningkatnya paham kapitalisme dan arus globalisasi. Sehingga tercipta generasi yang inovatif dan peduli lingkungan.   

***ARFU***






~0~
                              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar