TEMA : Teknologi
Hijau
JUDUL : Pemanfaatan Limbah Sebagai
Upaya
Mengurangi Pencemaran
Mengurangi Pencemaran
Menurut
Ecolink 1996, limbah atau sampah adalah barang yang terbuang atau sengaja
dibuang dari aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai
ekonomi. Ada dua jenis limbah yaitu
limbah organik dan limbah anorganik. Limbah organik adalah jenis limbah yang
bisa diuraikan oleh dekomposer, detritivor dan mikroba lain berupa limbah dari
makhluk hidup. Sedangkan limbah anorganik merupakan jenis limbah yang sulit
terurai, kalaupun bisa akan membutuhkan waktu yang lama sampai beratus-ratus
tahun seperti sejenis plastik, botol, kaleng dan pecahan kaca.
Untuk
pemanfaatan limbah organik diantaranya bisa digunakan sebagai makanan ternak,
pengomposan dan pembuatan biogas. Limbah organik seperti sayur mayur dan nasi
basi bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak. Sedangkan pengomposan dilakukan
dengan mengumpulkan bahan organik terlebih dahulu pada tempat tertutup seperti
dalam tanah atau drum. Jika menggunakan drum, pada bagian bawah drum diberi
lubang kecil-kecil agar air limbah dapat merembes keluar. Setelah tiga bulan,
kompos siap digunakan tetapi harus diangin-anginkan terlebih dahulu selama
beberapa hari. Berbeda dengan pengomposan, teknik pembuatan biogas merupakan
cara pemanfaatan limbah organik (terutama kotoran sapi, kerbau, kuda dan babi)
secara anaerobik/tanpa udara untuk menghasilkan gas metana dan karbondioksida.
Untuk dapat menghasilkan kedua gas tersebut, proses dekomposisi dibantu oleh
sejumlah mikroorganisme. Suhu yang baik untuk membuat biogas antara 300C-550C
dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan-bahan organik
secara optimal. Pada dasarnya, kedua teknik tersebut hampir sama, perbedaannya
hanya terletak pada apa yang dimanfaatkan.
Dengan berbagai cara tersebut, dapat mengurangi pencemaran limbah apalagi limbah tersebut
diolah menjadi bahan yang berdaya guna. Namun, tidak masalah jika limbah
organik tersebut dibakar, dengan syarat dikeringkan terlebih dahulu sehingga
akan lebih mudah terurai. Atau yang
lebih ramah lingkungan caranya dengan menimbun selapis demi selapis di dalam
tanah. Tentu timbul pertanyaan bagaimana memanfaatkan limbah anorganik. Paling
mudah adalah dengan menjualnya ke pasar loak agar didaur ulang menjadi
barang-barang yang lebih berguna.
Di tengah
minimnya sumber daya manusia di Indonesia
yang berkualitas, ternyata masih ada anak bangsa yang peduli terhadap dampak
limbah. Ialah Lukman Hakim, salah seorang mahasiswa UGM fakultas Biologi yang
berhasil membuat kerajinan dari kulit ikan. Keprihatinannya mengenai bahaya
limbah mengantarkannya pada sebuah kekreativitasan. Kulit ikan fillet memang
sudah diolah menjadi kerupuk dan tepung ikan. Namun sisa lapisan sisiknya belum
dimanfaatkan. Apabila lapisan sisik ikan tersebut dibuang tanpa diolah dapat
mengakibatkan pembusukan yang menyebabkan bau tak sedap. Hal itu, tentu dapat
mencemari lingkungan sekitarnya. Ia bersama ketiga kawannya berinovasi memanfaatkan
limbah kulit ikan fillet yang berupa sisik. Kulit ikan fillet sengaja
dipilihnya karena memiliki tekstur yang unik dan indah. Setelah berulang kali
diproses, hasil akhir dari produknya berupa lembaran-lembaran kulit samak yang diberi nama “skinny fish”. Kulit samak
ini siap diproses dalam pembuatan kerajinan lain seperti dompet, tas, jam dan
aksesoris lainnya. Lain dengan Lukman, kelompok ibu-ibu PKK di Jakarta
menciptakan barang-barang yang unik. Tentu sudah biasa jika barang-barang
seperti tas dan dompet terbuat dari kain ataupun kulit. Tapi bagaimana jika
terbuat dari plastik? Tentu itu tidak biasa. Inilah inovasi dari ibu-ibu PKK
yang memanfaatkan limbah anorganik berupa plastik-plastik rumah tangga.
Plastik-plastik tersebut berupa bungkus makanan, minuman, detergen dan
lain-lain. Barang-barang tersebut dikumpulkan, kemudian dilakukan tahap
pembersihan dan pengeringan. Setelah kering, barulah dijahit untuk dibuat
barang-barang yang mempunyai nilai jual.
Itulah
beberapa karya anak bangsa yang mempunyai kesadaran terhadap bahaya yang timbul
akibat dari pencemaran limbah. Limbah yang awalnya tidak berdaya guna, bahkan
hanya bisa dibuang ternyata dengan tangan-tangan kreatif, bisa mengubah
nilainya dari yang sama sekali tidak berguna, menjadi barang yang berguna,
bahkan mempunyai nilai jual yang cukup tinggi. Jadi apa salahnya memanfaatkan
limbah? Menjaga lingkungan dengan memanfaatkan limbah dan meminimalisir
pengunaan barang-barang yang tidak berguna. Kesadaran terhadap bahaya
pembuangan limbah di sungai dan pencemaran yang ditimbulkannya, harus dimulai
dari diri sendiri. Meskipun upaya-upaya lain perlu dilakukan untuk menyadarkan
masyarakat tentang dampak dari pembuangan limbah di sungai. Pemuda sebagai
generasi penerus bangsa diharapkan mampu menciptakan inovasi-inovasi dalam
pelestarian lingkungan di tengah meningkatnya paham kapitalisme dan arus
globalisasi. Sehingga tercipta generasi yang inovatif dan peduli
lingkungan.
***ARFU***
~0~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar