Kamis, 24 Mei 2012

Jatuh dari Pohon Jambu





             Rizta adalah seorang anak perempuan yang duduk di bangku kelas 3 SD. Sekilas memang ia tampak seperti anak perempuan lainnya. Namun siapa sangka jika ia bisa memanjat pohon dan bermain sepak bola. Orang-orang sering menyebutnya sebagai anak tomboy. Tetapi dibalik itu semua ia sangat menyayangi adiknya yang masih berumur sepuluh bulan. Setiap hari ia selalu menyempatkan diri untuk menggendong adiknya di tengah kesibukannya bermain dengan anak seusianya. Mungkin karena rasa tanggungjawabnya sebagai kakak. Suatu hari sepulang sekolah ia langsung berpamitan dengan ibunya untuk bermain sepak bola. Dengan memakai kaos “oblong” dan celana pendek bersaku seolah-olah ia siap bertanding. Setelah Joe dan Diego menghampirinya, mereka kemudian berangkat menuju lapangan. Ternyata setelah sampai di sana tidak ada seorangpun yang hendak bermain bola, padahal sebelumnya teman-teman Rizta yang lain telah bersepakat untuk bermain bola setelah pulang sekolah. Akhirnya Rizta, Joe dan Diego terpaksa menunggu hingga beberapa menit lamanya


             Karena panas yang begitu menyengat dan waktupun mulai beranjak siang, ketiganya memutuskan untuk meninggalkan lapangan. Sepanjang perjalanan pulang tiba-tiba langkah mereka terhenti karena Diego mangaduh kepalanya sakit. Ternyata ia kejatuhan jambu karena di pinggir jalan itu terdapat pohon jambu yang kebetulan sedang berbuah. Jambu yang terjatuh itu berukuran kira-kira satu kepal tangan orang dewasa. Warnanya yang agak merah kehijauan membuat Rizta dan teman-temannya tergiur apalagi jambu itu berjenis jambu air sehingga sangat cocok untuk melepas dahaga siang itu. Akhirnya, Rizta meminta izin kepada Pak Haji Samingan pemilik pohon jambu tersebut. Setelah di beri izin, mereka segera memanjat pohon itu. Karena pohon jambu di rasa cukup kuat yang berdiameter kira-kira 12 cm dan terdiri atas dua “pang” sehingga ketiganyapun mulai memanjat pohon. Rizta dan Joe memanjat “pang” pertama, sedangkan Diego memanjat “pang kedua”. Tiba-tiba terdengar suara “krek,krek,krek” sampai beberapa kali. Ternyata suara tersebut berasal dari batang pohon yang dipanjat oleh Rizta dan Joe. Sementara itu perlahan-lahan pohon mulai tumbang. Rizta dan Joe terpaksa harus bergelantungan pada ranting-ranting yang lebih kecil untuk menghindari dari tumbangnya pohon.

            Sementara di “pang” kedua, Diego justru terbahak-bahak melihat kedua temannya bergelantungan di pohon. Setelah beberapa saat mereka baru menyadari bahwa semua jambu jatuh dan berserakan dimana-mana. Rizta, Joe dan Diego merasa takut ,malu dan bingung. Bagaimana cara menjelaskan ini semua kepada Pak Haji Samingan. Akhirnya, setelah hampir satu jam berunding mereka memutuskan untuk meminta maaf kepada pemiliknya. Setelah membereskan jambu-jambu yang berserakan, Rizta, Joe dan Diego meminta maaf kepada Pak Haji Samingan. Beruntung beliau adalah orang yang pemaaf, sehingga kesalahan mereka bertiga dimaafkan.

***ARFU***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar