Rizta adalah seorang anak perempuan yang duduk di bangku
kelas 3 SD. Sekilas memang ia tampak seperti anak perempuan lainnya. Namun
siapa sangka jika ia bisa memanjat pohon dan bermain sepak bola. Orang-orang
sering menyebutnya sebagai anak tomboy. Tetapi dibalik itu semua ia sangat
menyayangi adiknya yang masih berumur sepuluh bulan. Setiap hari ia selalu
menyempatkan diri untuk menggendong adiknya di tengah kesibukannya bermain
dengan anak seusianya. Mungkin karena rasa tanggungjawabnya sebagai kakak.
Suatu hari sepulang sekolah ia langsung berpamitan dengan ibunya untuk bermain
sepak bola. Dengan memakai kaos “oblong” dan celana pendek bersaku seolah-olah
ia siap bertanding. Setelah Joe dan Diego menghampirinya, mereka kemudian berangkat
menuju lapangan. Ternyata setelah sampai di sana
tidak ada seorangpun yang hendak bermain bola, padahal sebelumnya teman-teman
Rizta yang lain telah bersepakat untuk bermain bola setelah pulang sekolah.
Akhirnya Rizta, Joe dan Diego terpaksa menunggu hingga beberapa menit lamanya
Karena panas yang begitu
menyengat dan waktupun mulai beranjak siang, ketiganya memutuskan untuk
meninggalkan lapangan. Sepanjang perjalanan pulang tiba-tiba langkah mereka
terhenti karena Diego mangaduh kepalanya sakit. Ternyata ia kejatuhan jambu
karena di pinggir jalan itu terdapat pohon jambu yang kebetulan sedang berbuah.
Jambu yang terjatuh itu berukuran kira-kira satu kepal tangan orang dewasa.
Warnanya yang agak merah kehijauan membuat Rizta dan teman-temannya tergiur
apalagi jambu itu berjenis jambu air sehingga sangat cocok untuk melepas dahaga
siang itu. Akhirnya, Rizta meminta izin kepada Pak Haji Samingan pemilik pohon
jambu tersebut. Setelah di beri izin, mereka segera memanjat pohon itu. Karena
pohon jambu di rasa cukup kuat yang berdiameter kira-kira 12 cm dan terdiri
atas dua “pang” sehingga ketiganyapun mulai memanjat pohon. Rizta dan Joe
memanjat “pang” pertama, sedangkan Diego memanjat “pang kedua”. Tiba-tiba
terdengar suara “krek,krek,krek” sampai beberapa kali. Ternyata suara tersebut
berasal dari batang pohon yang dipanjat oleh Rizta dan Joe. Sementara itu
perlahan-lahan pohon mulai tumbang. Rizta dan Joe terpaksa harus bergelantungan
pada ranting-ranting yang lebih kecil untuk menghindari dari tumbangnya pohon.
Sementara di “pang” kedua, Diego
justru terbahak-bahak melihat kedua temannya bergelantungan di pohon. Setelah
beberapa saat mereka baru menyadari bahwa semua jambu jatuh dan berserakan
dimana-mana. Rizta, Joe dan Diego merasa takut ,malu dan bingung. Bagaimana
cara menjelaskan ini semua kepada Pak Haji Samingan. Akhirnya, setelah hampir
satu jam berunding mereka memutuskan untuk meminta maaf kepada pemiliknya.
Setelah membereskan jambu-jambu yang berserakan, Rizta, Joe dan Diego meminta
maaf kepada Pak Haji Samingan. Beruntung beliau adalah orang yang pemaaf,
sehingga kesalahan mereka bertiga dimaafkan.
***ARFU***
***ARFU***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar